spot_img
BerandaHUKRIMKomplotan Garong Sawit di Lamandau Jalani Sidang Tuntutan

Komplotan Garong Sawit di Lamandau Jalani Sidang Tuntutan

Html code here! Replace this with any non empty text and that's it.

NANGA BULIK || Journalistpolice.com –  Komplotan garong atau maling sawit berjumlah 4 orang  di Lamandau sedang menjalani Sidang Tuntutan di Pengadilan Negeri Nanga Bulik, Kabupaten Lamandau, pekan lalu.

Empat orang komplotan garong / pencurian tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di kebun perusahaan tersebut harus menjalani sidang dengan agenda tuntutan jaksa Penuntut Umum (JPU) di Pengadilan Negeri Nanga Bulik, Kabupaten Lamandau.

Garong sawit itu adalah jadi terdakwa I Husnin, terdakwa II Arifuddin, terdakwa III Sahrul dan terdakwa IV  Supriadi M (dengan tuntutan terpisah).

BACA JUGA  Bravo Polres Kotim, Humanis Respon Desakan Warga Penyang Buka Akses Jalan Km18

Keempat terdakwa tersebut dituntut satu tahun penjara oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU) Kejaksaan Negeri Lamandau, Muhammad Afif Hidayatulloh.

Dari sidang tersebut, jaksa meminta agar hakim menyatakan para terdakwa  terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana secara bersama-sama melakukan perbuatan dengan sengaja dan melawan hukum memiliki barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain.

Tetapi yang ada dalam kekuasannya bukan karena kejahatan yang dilakukan oleh orang yang penguasaannya terhadap barang disebabkan karena ada hubungan kerja atau karena pencarian atau karena mendapat upah untuk itu, sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 3472 KUHPidana Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHPidana.

BACA JUGA  Kapolres Lamandau Sambut 20 Bintara Remaja

Saat dikonfirmasi, jaksa Afif membeberkan bahwa terdakwa I Husnin bekerja di PT. MPP (Mirza Pratama Putra) sebagai mandor I yang bertugas mengatur dan mengelola afdeling sesuai SOP.

Dia bertanggungjawab terhadap produksi, baik panen dan pengangkutan dan melaporkan pekerjaan kepada asisten dengan mendapatkan upah sebesar Rp4.493.292 setiap bulan.

Kemudian  terdakwa II Arifuddin juga bekerja di PT. MPP sebagai pemanen kebun yang bertugas melakukan pemanenan buah kelapa sawit sesuai dengan jadwal  dengan upah sebesar Rp5.124.399  setiap bulan.

BACA JUGA  Pengedar Sabu 50,6 Kg di Lamandau, Divonis Hukum Mati

“Terdakwa III Sahrul juga karyawan perusahaan sebagai pemanen kebun yang mendapat upah sebesar Rp6.436.902,” kata jaksa, Selasa (8/4).

Afif menjelaskan bahwa kejadian berawal  pada Kamis 19 September 2024 sekitar pukul 15.00 WIB. Berawal saat Supriadi menghubungi Husnin dan menanyakan buah sawit.

Lalu mereka pun merencanakan pencurian buah di kebun perusahaan tersebut dan mengajak dua terdakwa lainnya untuk membantu mengangkut sawit.

BACA JUGA  Pakar Hukum UMPR Dr. Ariyadi: Asas Dominus Litis dalam RUU KUHAP Bisa Ini

Mereka mengangkut buah curian milik perusahaan  dengan menggunakan kendaraan mobil pikap. Supriadi langsung membawa buah tersebut keluar kebun untuk dijual.

“Namun saat di perjalanan, mobil yang gunakan Supriadi tidak kuat untuk menanjak dan tergelincir dengan posisi melintang. Sehingga mereka kemudian menurunkan kembali buah sawit,” beber Afif.

Kemudian saat menurunkan sawit, datang saksi Doprianto mengendarai kendaraan roda 2. Saat mengetahui ada yang datang, Sahrul dan Arifuddin lari meninggalkan Supriadi beserta mobil pikap yang berisikan sawit.

BACA JUGA  Suasana Haru dan Khikmat Saat Sertijab Pejabat Polres Lamandau

Terdakwa I, terdakwa II, terdakwa III yang merupakan koordinator keamanan mengambil buah kelapa sawit sebanyak 217 janjang dengan berat 1.810 kilogram.

Sawit tersebut akan dijual ke peron di sekitar Desa Nuangan, Kecamatan Bulik Timur, Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah.

“Akibat perbuatan para terdakwa ini, pihak perusahaan mengalami kerugian sebesar Rp5.294.250,” sebut jaksa. (Red)

BACA JUGA  FKPK-RI Akan Laporkan Kasus Dugaan Penyalahgunaan BBM Solar Bersubsidi di Cirebon

 

Berita Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini